Maria, ibu Yesus, memegang tempat istimewa dalam iman Kristen di seluruh dunia. Namun, pandangan tentang perannya dalam teologi berbeda-beda, bahkan memunculkan perdebatan panjang. Di satu sisi, Maria dihormati sebagai tokoh penting dalam sejarah keselamatan; di sisi lain, ada kontroversi mengenai sejauh mana penghormatan itu diberikan. Artikel ini akan membahas peran Maria dalam berbagai tradisi Kristen, alasan penghormatan terhadapnya, serta sumber-sumber kontroversi yang muncul.
Maria dalam Alkitab dan Awal Gereja
Sosok Maria dalam Kitab Suci
Maria muncul di beberapa bagian penting dalam Perjanjian Baru. Ia dikenal sebagai perempuan muda yang dipilih Allah untuk melahirkan Yesus melalui kuasa Roh Kudus, sebagaimana tercatat dalam Injil Matius dan Lukas. Maria digambarkan sebagai sosok yang rendah hati, penuh iman, dan taat terhadap kehendak Tuhan.
Beberapa momen penting yang melibatkan Maria dalam Kitab Suci meliputi:
-
Kabar sukacita oleh malaikat Gabriel (Lukas 1:26-38)
-
Kunjungannya kepada Elisabet (Lukas 1:39-45)
-
Hadir di peristiwa kelahiran Yesus
-
Perannya di pesta pernikahan Kana (Yohanes 2:1-11)
-
Kehadirannya di kaki salib saat penyaliban Yesus (Yohanes 19:25-27)
Pengaruh Maria dalam Tradisi Awal Gereja
Sejak abad-abad pertama, para Bapa Gereja mulai mengembangkan refleksi teologis mengenai Maria. Ia sering disebut sebagai “Eva baru,” simbol ketaatan yang menghapus ketidaktaatan manusia pertama. Maria dipandang bukan hanya sebagai ibu biologis Yesus, tetapi juga sebagai contoh sempurna iman dan ketaatan kepada Allah.
Penghormatan terhadap Maria dalam Tradisi Katolik dan Ortodoks
Maria sebagai Bunda Allah (Theotokos)
Salah satu gelar terpenting bagi Maria adalah Theotokos, yang berarti “Pembawa Allah.” Gelar ini dikukuhkan dalam Konsili Efesus tahun 431 M, menegaskan bahwa Maria adalah ibu dari Yesus Kristus yang sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Gelar ini bukan hanya tentang Maria, tetapi tentang keyakinan akan keilahian Kristus.
Dogma Maria dalam Teologi Katolik
Gereja Katolik, selain menghormati Maria, juga menetapkan beberapa dogma terkait dirinya, yaitu:
-
Immaculate Conception (Maria Dikandung Tanpa Dosa): Maria, sejak dalam kandungan, dilindungi dari dosa asal.
-
Perpetual Virginity (Keperawanan Kekal Maria): Maria tetap perawan sebelum, selama, dan sesudah kelahiran Yesus.
-
Assumption (Pengangkatan Maria ke Surga): Maria diangkat ke surga dalam tubuh dan jiwanya di akhir hidupnya.
Praktik seperti devosi Rosario, perayaan hari-hari Maria, dan doa syafaat kepada Maria menjadi bagian penting dalam kehidupan rohani Katolik.
Penghormatan dalam Gereja Ortodoks
Gereja Ortodoks Timur juga sangat menghormati Maria, sering menyebutnya sebagai “Yang Sangat Suci.” Meskipun devosi mereka kadang lebih bersifat liturgis daripada individual seperti dalam Katolik, Maria tetap dipandang sebagai teladan tertinggi dari kekudusan manusia.
Pandangan dalam Tradisi Protestan
Reformasi dan Reaksi terhadap Devosi Maria
Pada masa Reformasi abad ke-16, para reformator seperti Martin Luther, John Calvin, dan Ulrich Zwingli mengkritik praktik-praktik devosi kepada Maria yang dianggap berlebihan. Mereka menekankan kembali prinsip “sola scriptura” (hanya Kitab Suci), dan menolak ajaran yang tidak memiliki dasar eksplisit dalam Alkitab.
Walaupun menghormati Maria sebagai ibu Yesus dan contoh iman, Reformasi menolak paham seperti dogma Immaculate Conception dan Assumption. Penghormatan terhadap Maria tetap ada, tetapi dalam bentuk yang lebih sederhana dan tidak menjadi pusat perhatian seperti dalam Katolik.
Sikap Umum Protestan Masa Kini
Di banyak denominasi Protestan modern, Maria dihormati sebagai teladan iman, tetapi tidak disembah atau dijadikan objek doa. Ada penekanan kuat bahwa hanya Allah saja yang layak menerima doa dan penyembahan.
Kontroversi Seputar Penghormatan kepada Maria
Tuduhan Penyembahan Maria
Salah satu kontroversi utama datang dari anggapan bahwa penghormatan terhadap Maria di beberapa tradisi telah melampaui batas dan menyerupai penyembahan. Kritik ini terutama datang dari kalangan Protestan yang menekankan bahwa hanya Allah yang patut disembah.
Gereja Katolik dan Ortodoks menegaskan bahwa penghormatan kepada Maria (disebut hyperdulia) berbeda dengan penyembahan kepada Allah (latria).
Tantangan Teologis Dogma-Dogma Maria
Beberapa dogma tentang Maria, seperti keperawanan kekal atau pengangkatan tubuhnya ke surga, diperdebatkan karena kurangnya referensi langsung dalam Kitab Suci. Ini menjadi titik ketegangan antara tradisi yang mengandalkan Kitab Suci semata dan yang menggabungkan Tradisi Suci dalam ajarannya.
Dialog Ekumenis
Dalam beberapa dekade terakhir, terjadi usaha dialog antara Katolik, Ortodoks, dan Protestan mengenai pandangan tentang Maria. Tujuannya untuk memperjelas posisi masing-masing dan mencari pemahaman bersama, terutama mengenai peran Maria dalam keselamatan umat manusia.
Kesimpulan
Maria, ibu Yesus, memainkan peran yang sangat penting dalam teologi Kristen. Ia dihormati sebagai sosok ketaatan, kerendahan hati, dan iman yang luar biasa. Namun, penghormatan terhadap Maria juga menimbulkan perdebatan panjang dalam sejarah gereja.
Bagi tradisi Katolik dan Ortodoks, Maria adalah Bunda Allah yang patut dihormati secara istimewa. Bagi Protestan, Maria tetap dihargai sebagai teladan iman, namun tanpa penganugerahan gelar atau dogma yang tidak secara eksplisit didukung Kitab Suci.
Meskipun ada perbedaan pendekatan, penghormatan terhadap Maria tetap mencerminkan pengakuan umat Kristen akan pentingnya peran manusia dalam karya keselamatan Allah. Diskusi tentang Maria mengundang semua pihak untuk semakin mendalami makna iman, penyembahan, dan relasi dengan Allah dalam kerangka yang benar dan penuh hormat.